Berita Nasional Terpercaya

Inspirasi Meraih Mimpi dari Polisi Kandang Sapi

0

HarianBernas.com – Beberapa waktu lalu, dari Yogyakarta, kisah Bripda M Taufik Hidayat yang tinggal di rumah bekas kandang sapi tiba-tiba saja penuh menghiasi pemberitaan dan tren media sosial seantero negeri ini.

Hampir semua kalangan kini hangat memperbincankannya. Bahkan, kala itu sang ?polisi kandang sapi? pun banjir keprihatinan dari semua kalangan hingga membuahkan tambahan rezeki bagi M Taufik yang mungkin tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Sementara, dari perspektif pemberitaan media yang lain, pada saat itu mencuat pro-kontra penunjukan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri oleh Presiden Joko Widodo. Si miskin Taufik berhasil lulus tes menjadi seorang polisi sementara Komjen Budi belum berhasil (tertunda) mencapai puncak kepemimpinan di Korps Bhayangkara.

Kepolisian pada saat itu sedang dalam sorotan. Calon komandannya dijadikan tersangka oleh KPK. Komjen Budi Gunawan dibelit persoalan hukum karena memiliki harta melimpah. Menurut rilis dari PPATK yang dirilis media, saat itu ada beberapa petinggi Polri yang memiliki rekening gendut. Sebagai contoh Komjen Budi Gunawan memiliki uang Rp 57 miliar yang tersimpan dalam satu rekening. Walau tersangka, dia tetap diloloskan DPR.

Bila Komjen Budi Gunawan bergelimang harta, maka Bripda M. Taufik Hidayat  malah bergelimang keprihatinan. Dia baru beberapa hari jadi polisi dan belum sempat terima gaji. Dia harus berjalan kaki sejauh 7 km ke Mapolda serta tinggal di rumah yang tak layak. Dia tinggal di bekas kandang sapi. Rumah itu dikontrak pula. Bagaikan bumi dan langit nasib Taufik dan Budi Gunawan.

Bripda M Taufiq. Dia seperti bermimpi di siang bolong. Seorang pemuda miskin, ayahnya cuma seorang buruh bangunan, tapi bisa diterima sebagai anggota Polri. ?Bapak, tampar pipi saya. Ini bukan mimpi toh? Saya benar diterima menjadi polisi,? ujarnya kepada sang ayah, Triyanto, ketika tahu dirinya lulus menjadi calon anggota polisi. Demikianlah dialog popular yang pada saat itu banyak diberitakan.

Tak ada kata pantang menyerah dalam menggapai cita-cita. Begitu pula apa yang dialami Bripda Muhammad Taufik Hidayat, yang baru lulus dari SPN (Sekolah Polisi Negara) Selopamioro, akhir tahun 2014. M.Taufik hanya berbekal niat dan keteguhan hati karena dirinya sadar hanya berasal dari keluarga tidak mampu dan tinggal di bangunan bekas kandang sapi, ternyata mampu mewujudkan cita-citanya untuk bergabung bersama Polri.

Bripda M.Taufik memberikan inspirasi bahwa optimis sangat dibutuhkan karena sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan. Orang yang memiliki sifat optimis selalu bersemangat dalam meraih cita-cita. Tidak ada rasa khawatir dan sedih didalam kamus orang yang berjiwa optimis. Tentunya sikap optimis diterjemahkan dengan bekerja keras secara cerdas untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik. Jika pun tidak tercapai, maka hal pertama yang dilakukan adalah evaluasi konstruktif potensi diri, usaha serta kendala yang dihadapi secara mendalam dan konprehensif.

Peter Drucker, Bapak manajemen modern pernah berkata, cita-cita bukanlah takdir, tapi sebuah petunjuk arah. Ia bukan perintah, tapi komitmen. Ia tidak menentukan masa depan, melainkan wahana yang menggerakkan sumber daya manusia dan energi bagi usaha membangun masa depan.

Pastilah tangan Tuhan sedang bekerja untuk pemuda miskin ini. Kekuatan doa yang maha dahsyat dari Bripda M.Taufik dan orang sekitar yang menyayanginya juga menjadi senjata yang luar biasa ampuh, hingga Bripda M. Taufik dapat meraih mimpinya. Sebab, konon kabarnya, tak mudah lolos menjadi seorang polisi. Kita sering mendengar cerita bahwa untuk menjadi polisi harus berani rugi sekian rupiah. Semoga kini tak ada lagi praktik seperti itu, sehingga pemuda miskin seperti M Taufik dan generasi muda lainnya pun bisa diterima.

Badrodin Haiti Kapolri, saat itu menjadikan M Taufiq sebagai bukti nyata bahwa masuk polisi tak perlu bayar. ?Itu bukti riil bahwa masuk polisi tidak bayar dan semua orang mempunyai kesempatan yang sama, tanpa diskriminasi, untuk menjadi polisi,? kata Badrodin kepada sejumlah media kala itu.

Fenomena M. Taufik  ini begitu menginspirasi penulis. Jadi ingat sosok petinggi polisi yang dikenal jujur nan bersahaja yang sampai saat ini masih menjadi kisah fenomenal polri yaitu jenderal Hoegeng. Presiden Gus Dur pun menyebut beliau sebagai salah satu polisi jujur. Hanya saja,  jika M Taufiq datang dari kalangan bawah dan miskin, mantan Kapolri Jenderal Hoegeng justru sebaliknya.

Meski bukan dari keluarga kaya raya, tapi Hoegeng lahir dari keluarga terpandang di zamannya. Kisah panjang lebar tentang sosok Jenderal Hoegeng sang ?manusia ajaib? ini banyak kita baca dari beberapa buku. Hoegeng menjadi sosok polisi yang sangat bermartabat, integritas tinggi, tidak korup, tidak menerima suap, dan tetap hidup sederhana sampai akhir hayatnya.

Pesannya di sini adalah, bukan dari kasta mana kita berasal, tetapi seperti apa karakter kita dan rela hidup wajar serta sederhana. Kita berharap Bripda M Taufik tetap hidup bersahaja, menjadikan Jenderal Hoegeng sebagai role model atau teladan sebagai seorang polisi. Tak hanya Bripda M Taufik, tapi bagi seluruh anggota polisi di negeri ini. Mudah-mudahan ke depan, Polri mampu melahirkan banyak sosok seperti Hoegeng dan benar-benar hadir sebagai pengayom, pelindung, dan pelayan masyarakat.

 

Muhammad Fahmi, ST, MSi

Pemerhati masalah Sumber Daya Manusia dan masalah Tematik Bangsa

Kandidat Doktor Program Studi Manajemen Sumber Daya Manusia Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Master of Ceremony, Trainer Publik Speaking/Kehumasan. Salam Merah Mempesona Menggelitik Hati

[email protected] | WA: 08158228009

Leave A Reply

Your email address will not be published.