Berita Nasional Terpercaya

Leadership Coaching untuk Kepemimpinan Modern di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan (Seri: Hospital Coaching)

0

HarianBernas.com – Pada seri hospital coaching kali ini, artikel akan memfokuskan tentang leadership atau kepemimpinan di rumah sakit (RS) dan fasilitas kesehatan. Leadership atau kepemimpinan merupakan hal yang paling mendasar dalam suatu pengelolaan organisasi. Tidak adanya leadership atau kepemimpinan akan membuat organisasi seperti RS dan fasilitas kesehatan mengalami kehilangan arah sepanjang perjalanan pelayanannya.

Selain itu juga akan mengalami ketiadaan inovasi, kreativitas, kemandirian, tanggung jawab serta serangkaian sikap strategis lainnya. Bila diteruskan, maka akan membahayakan stabilitas dan sustainibilitas RS dan fasilitas kesehatan dalam mengemban amanah undang-undang untuk memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna kepada masyarakat.

Oleh karena itu, leadership atau kepemimpinan merupakan pilar yang sangat penting dalam suatu pengelolaan RS dan fasilitas kesehatan. Ingat, RS dan fasilitas kesehatan memiliki karakteristik bisnis yang padat karya, padat modal, padat teknologi hingga padat masalah. Beware.

Dari pengalaman penulis menyambangi ke puluhan RS (dari tipe RS kelas D hingga kelas A) dan fasilitas kesehatan baik swasta maupun pemerintah dalam kapasitasnya sebagai konsultan, serta dengan meninjau realitas yang ada maka harus diakui bahwa fenomena leadership atau kepemimpinan di RS dan fasilitas kesehatan secara dominan mengidentifikasi praktek kepemimpinan yang lemah dan pengembangannya masih bersifat tradisional.

Arti tradisional disini adalah masih digunakannya cara-cara lama padahal eskalasi pertumbuhan masalah begitu massive. Tentunya hal ini beresiko besar terhadap stabilitas dan sustainibilitas operasional RS dan fasilitas kesehatan.

Nangalia dalam paper Executive Coaching menyatakan ada 4 hal keterbatasan upaya pengembangan kepemimpinan yang dilakukan secara tradisional, yaitu: 1) setiap orang memiliki kebutuhan pengembangan yang berbeda yang tidak bisa disatukan dalam sebuah kelas workshop standar, 2) tidak adanya tanggung jawab untuk mengimplementasikan di tempat kerja atas pengetahuan dan skill baru yang didapat karena pemimpin terlalu sibuk bekerja, 3) adanya premis bahwa jika orang mengerti maka mereka akan mengerjakan, sayangnya riset membuktikan bahwa semakin banyak yang mengerti semakin sedikit yang melakukan, 4) tidak realistis mengharapkan pengembangan manajemen terjadi bila sumber daya dibatasi pada penyelenggaraan pelatihan sesaat yang tidak memiliki proses follow up.

Aksioma Albert Einstein adalah sebagai berikut ?Kita tidak dapat memecahkan masalah pada tingkat berpikir yang sama saat masalah tersebut kita ciptakan?, artinya, dibutuhkan cara pandang – sikap – pendekatan baru (dari tradisional ke modern) untuk menjadikan level kompetensi pemimpin berada diatas garis masalah, karena masalah tidak akan teratasi dan terpecahkan selama kompetensi pemimpin berada dibawah garis masalah yang ada. Leadership coaching dapat mengatasi keterbatasan ini.

Leadership coaching adalah penerapan coaching sebagai sebuah metodologi dalam wilayah kepemimpinan. Definisi tentang coaching telah banyak dibahas pada seri hospital coaching sebelumnya (telusuri di www.buton.harianbernas.com) yang intinya, coaching adalah media untuk membuka potensi seseorang dengan berbagai kemungkinan melalui pengajuan pertanyaan yang powerful sehingga proses belajar datang dari diri mereka sendiri.

Leadership coaching berarti media untuk membuka potensi kepemimpinan seseorang melalui proses belajar yang datang dari dirinya sehingga kompetensi serta tanggungjawabnya sertumbuh dan dapat memberikan kemanfaatan yang strategis bagi pemecahan masalah, perubahan, pengembangan serta perjalanan RS dan fasilitas kesehatan sebagai suatu organisasi yang harus responsif dengan kondisi permintaan dari lingkungan kontekstual.

Riset yang dilakukan oleh Turner (2006 dalam Nangalia) menyampaikan bahwa diidentifikasi manfaat dari executive coaching sebagai suatu strategi kepemimpinan yaitu: perhatian yang berkelanjutan, pemikiran yang meluas melalui dialog, kesadaran diri, tanggung jawab personal untuk berkembang dan pembelajaran cepat. Selain itu individu yang terikat dalam hubungan coaching dapat memiliki perspektif yang segar pada tantangan dan peluang pribadi, meraih keterampilan berpikir dan pembuatan keputusan, mencapai efektivitas pribadi dan peningkatan kepercayaan diri dalam melaksanakan pekerjaan dan peran dalam hidupnya.

Studi Parker dan Wilkins juga menyatakan bahwa coaching dapat meningkatkan pengembangan pada 3 wilayah kompetensi, yaitu: prilaku kepemimpinan sebesar 82%, membangun tim sebesar 41% dan mengembangkan staf sebesar 36%. Set manfaat dari leadership coaching berdasarkan studi ilmiah ini tentunya menjadi hadiah terindah serta air di padang pasir yang berfungsi sebagai modal tata kelola institusi RS dan fasilitas kesehatan dalam menjawab permintaan lingkungan kontekstual kesehatan yang strategis dan begitu dinamis.

Dalam tataran mekanisme, leadership coaching dapat dilakukan melalui interaksi orang per orang yaitu orang yang akan dikembangkan kepemimpinannya (para pimpinan atau SDM RS dan fasilitas kesehatan) dengan seorang coach melalui sesi coaching berdasarkan data dari perspektif stakesholders (dapat melalui 360 assessment) yang didasarkan pada sikap kesalingpercayaan dan menghargai (untuk detail proses dari coaching dapat ditelusuri pada artikel seri hospital coaching sebelumnya).

Arah pengembangan kepemimpinan dengan leadership coaching melibatkan 3 tingkatan pembelajaran, hal ini juga berdasarkan pengamatan penulis saat berperan sebagai hospital coach di beberapa RS dan fasilitas kesehatan, yaitu: 1) pemecahan masalah taktis, 2) pengembangan kapabilitas kepemimpinan serta cara berpikir dan bertindak baru dalam berbagai situasi dan peran, 3) belajar bagaimana belajar, yaitu dalam hal mengembangkan skill dan kebiasaan refleksi diri. Pendekatan leadership coaching akan menjamin pembelajaran akan terus berlangsung setelah sesi coaching berakhir. Hal ini juga bertujuan untuk menghilangkan ketergantungan/dependency jangka panjang dari para pemimpin/SDM RS pada coach-nya (pembimbing) dan mengajarkan kebiasaan mempelajari dan merefleksi diri sepanjang hidupnya.

Sudah saatnya pengembangan kepemimpinan di RS dan fasilitas kesehatan harus berbasis ?memberikan kail? bukan ?ikan?, karena memberikan ikan hanya untuk makan sehari tetapi dengan memberikan kail akan memberinya maka seumur hidup.

Semoga bermanfaat

Salam Berdaya ? Untuk RS dan Fasilitas Kesehatan yang lebih baik

Great Leading Great Managing

Bahan Bacaan

1. Nangalia, ?Executive Coaching?, Global Coach Trust, India

2. Grant, ?The Efficacy of Executive Coaching in Times of Organizational Change?, Journal of International Coach Federation, 2013

3. Foster & Seeker, ?Caching For Excellence?, Penerbit PPM, 2011

4.Hartono,?Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Untuk Mencapai Misi Rumah Sakit di Indonesia?, Disertasi, FKM UI 2011.

5.www.buton.harianbernas.com

Penulis

Budi Hartono*

*) Penulis adalah seorang Healthcare & Hospital Coach, Health Administration & Policy Consultant, Certified Lecturer dan Executive Trainer. Ia adalah founder dari buttonMED COACHING sebuah lembaga strategis yang berfokus pada empowerment SDM kesehatan serta pionir dalam bidang pengembangan coaching di fasilitas kesehatan dan rumah sakit di Indonesia. Ia memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun dalam area Manajemen Rumah Sakit dan Kesehatan seperti: Pengembangan Organisasi dan Kepemimpinan, Budaya dan Mutu Layanan Kesehatan, Manajemen Keuangan, Unit Cost & Pricing, Ekonomi Kesehatan, Manajemen Strategi serta Administrasi & Kebijakan Kesehatan. Ia telah bekerja secara intensif dengan mitra strategis di fasilitas dan institusi terkait kesehatan seperti Rumah Sakit (RS), Puskesmas, Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan serta di beberapa Kementerian dan Perusahaan lainnya sebagai Instruktur Pelatihan, Peneliti, Konsultan dan Executive Coach. Pada tahun 2011, Ia berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul: ?Pengembangan Model Pengukuran Kinerja RS Dalam Mencapai Misi RS di Indonesia? dan mendapatkan gelar doktor dari FKM UI dengan predikat sangat memuaskan. Ia adalah seorang yang memotivasi dan berkapasitas dalam coaching maupun pemberdayaan untuk menjadikan pribadi eksekutif bertumbuh dan berkembang bersama potensi dasarnya dalam sebuah pencapaian prestatif sehingga mereka dapat berkontribusi signifikan dalam mencapai misi dan visi luhur di organisasi manapun mereka berada. Ia telah memberikan pelatihan dan coaching dihadapan lebih dari 16,000 peserta. Ia memiliki sertifikasi pada sejumlah professional skill seperti Certified Coach Practitioner, Certified Professional Coach, Associate Certified Coach dari International Coach Federation (ICF) USA, and Certified Lecturer dari Kementerian Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Ia dapat dihubungi melalui WA di 0816-48500-94, email: [email protected], FB: Budi Hartono Abihanni.

Info Konsultansi, Training & Coaching untuk Empowerment Program SDM dan Organizational Development di Rumah Sakit atau Fasilitas Kesehatan dapat menghubungi Annisah Zahrah, SKM atau Amina di no. 0815-8428-2656 | Kantor no. 7864978.

Leave A Reply

Your email address will not be published.