Berita Nasional Terpercaya

Cerdas Emosi Dalam Berkompetisi, Kompetitorku Terima Kasih!

0

HarianBernas.com-Ada sebuah kisah nelayan Jepang yang saya sukai. Berikut ini kisahnya. Orang-orang Jepang terkenal menyukai ikan segar. Namun, selama beberapa dekade terakhir sudah semakin sulit mendapatkan ikan segar nan besar di perairan-perariran terdekat. Akibatnya, nelayan Jepang mulai membangun kapal besar sehingga bisa menuju ke laut lepas yang lebih jauh. Namun, kenyataannya meskipun bisa menangkap lebih banyak ikan, perjalanan kembali ke daratan Jepang akhirnya memakan waktu yang lebih panjang. Saat tiba, ikan pun menjadi tidak segar lagi.

Akhirnya, para nelayan Jepang pun menemukan cara lain yakni dengan membuat ruang pembeku ikan. Ikan-ikan yang tertangkap di laut segera dimasukkan ke dalam ruangan pembeku ini. Namun, celakanya ternyata masyarakat Jepang bisa membedakan mana ikan segar dan mana ikan beku. Ikan beku pun tidak disukai di pasaran. Nelayan Jepang pun mulai mencari cara lain yakni membuat sebuah tangki air laut besar sehingga ikan-ikan yang tertangkap bisa tetap dalam keadaan hidup setelah ditangkap. Lagi-lagi, tangki besar ini pun tidak memecahkan masalah sebab ikan-ikan yang ditangkap karena setelah berminggu-minggu menjadi jarang bergerak, malas, dan kurus.

Ketika ikan ini dijadikan santapan, oang-orang Jepang pun tidak menyukai rasanya. Akhirnya bagaimana akal terakhir para nelayan Jepang untuk mengatasi masalah ini?

Akhirnya, dengan cerdik nelayan-nelayan Jepang mulai memasukkan beberapa IKAN HIU hidup yang berukuran kecil dalam tangki tersebut. Ikan-ikan hiu kecil yang lapar akan mengejar ikan-ikan tangkapan tersebut dan memakan beberapa ekor di antaranya. Namun, jumlah ikan tangkapan masih akan tetap banyak jumlahnya dan yang jelas, rasanya masih tetap enak. Jawabannya, ikan hasil tangkapan terus-menerus bergerak karena adanya ancaman dimakan oleh ikan hiu tersebut. Sebuah cara yang sangat cerdik, bukan?

Memakna Kompetisi

Saya paling menyukai kisah nelayan Jepang ini. Entah kisahnya benar atau hanya sebuah cerita rekayasa belaka, yang jelas pesan dari kisah ini sangat jelas, yaitu ketika kita kehilangan semangat berkompetisi, kita kehilangan bagian paling ?excited? dalam hidup kita dan perlahan-lahan kita sedang menuju pada gerbang kematian.

Namun, umumnya, kita membenci kompetisi. Kita memaknai kompetisi sebagai keadaan yang membuat stress, menekan, dan membuat kita harus selalu waspada. Tapi, bukankah itu yang membuat hidup ini terasa indah?

Kompetisi membuat kita merangkak perlahan, tapi pasti menuju kepada kesempurnaan. Tanpa adanya kompetisi, hidup kita stagnan dan berhenti. Karena kompetisilah kita mulai memikirkan perlu kita terus-menerus memperbarui diri, belajar, dan meningkatkan kualitas dalam diri. Organisasi mestinya melihat kompetisi sebagai sesuatu yang positif, demikian juga individu. Namun, seringkali hal yang demikian dilihat dari kacamata yang sangat negatif.  Pada awal tahun ini, sebuah koran nasional pernah memuat berita mengenai seorang pemilik restoran di Cina yang menaruh racun pada makanan pesaingnya. Akibatnya, beberapa pelanggan kompetitornya keracunan, tapi ia pun kemudian ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Sebuah cara berkompetisi yang konyol!

Semangat Kompetisi dalam Karir

Cara bersaing yang sehat, tentulah bukan dengan merusak, menghancurkan, atau membunuh kompetitor kita.  Cara terbaik mengembangkan diri mestinya melalui jalur-jalur yang paling kreatif dan positif. Kompetisi dapat dilihat sebagai kesempatan untuk mencari solusi yang lebih praktis, lebih sehat, lebih baik, lebih efektif, lebih efisien, lebih nyaman, lebih bagus dibandingkan kompetitor kita.

Hal ini diibaratkan berlaku pula dalam perjalanan karir kita. Biasanya, kita membenci orang-orang se-?level? kita yang akan turut memperebutkan suatu posisi atau jabatan yang kita inginkan. Sikap kita bisa positif atau destruktif. Kita bisa melihat rekan pesaing karir kita sebagai ancaman atau kesempatan berkembang bagi kita. Yang jelas, jika kita menyikapinya secara negatif, yang mungkin kita lakukan adalah membuat akal dan siasat bagaimana melemahkan rekan pesaing kita. Hubungan kita dengan rekan pesaing itu pun menjadi tidak harmonis. Kita menjadi tidak tulus dan berpura-pura di depannya sambil terus berusaha mengembuskan isu negatif mengenai orang tersebut.

Namun, jika kita melihat rekan pesaing kita sebagai tantangan yang menarik inilah yang mungkin kita lakukan. Kita akan lebih mengawasi sepak terjang dan gerak-gerik rekan pesaing kita tersebut. Mencoba melihat kualitas dan faktor apa pada dirinya yang tidak ada pada diri kita. Lantas, kita berusaha melebihi atau bahkan lebih baik daripada rekan pesaing tersebut dengan mengembangkan kelebihan pada diri kita.

Hal Sama dalam Ekonomi yang Kompetitif

Jika kita lihat, hukum ekonomi pasar pada produk atau jasa yang kompetitif pun seperti demikian. Perusahaan yang berkompetisi secara sehat akan terus melakukan market intelligence untuk mengawasi perkembangan produk pesaingnya dan terus mengembangkan diri. Melihat alasan-alasan mengapa pelanggan tertarik dan terpikat oleh produk kompetitornya. Menyelidiki keunggulan sekaligus melihat celah dari perusahaan untuk bisa lebih baik, termasuk mencoba menciptakan image dan kualitas yang lebih baik dengan berfokus pada keunggulan dirinya.

Baru-baru ini, saya sempat berbicara dengan seorang penulis dan pembicara terkenal di Indonesia dalam suatu kesempatan memintanya untuk memberikan catatan pengantar pada buku baru saya. Kami jadi berbicara tentang lahirnya para pembicara, trainer, dan penulis muda yang berbakat. Menanggapi hal ini, dengan jiwa yang besar ia pun berkata, ?Saya suka. Hal ini positif sekali. Ibarat pasar malam, kalau penjualnya sedikit, nggak seru. Tapi, kalau penjualnya rame, makin seru dan pengunjung juga akan makin banyak.? Betapa bijaksananya dan betapa pahamnya pembicara ini mengenai pentingnya iklim berkompetisi yang sehat.  Pada akhirnya, toh yang diuntungkan adalah dua belah pihak, baik pengunjung pasar malam maupun penjualnya. Namun yang jelas, penjual barang berkualitas baik itulah yang akhirnya akan diserbu pengunjung. Hal yang sama berlaku juga dalam kehidupan kita.

Pengalaman Kompetisiku

Hal ini mengingatkan pengalaman saya sewaktu di Astra. Saat ketika masih sebagai seorang junior di lembaga pendidikan di Astra, saya memiliki seorang rekan selevel yang juga sama-sama berpeluang dipromosikan menjadi supervisor. Mulanya, saya sering kesel karena dia terlalu ?tangguh? untuk dikalahkan. Idenya brilian, kualitas kerjanya bagus, kata-katanya banyak didengarkan oleh bos besar, dan ia banyak dilibatkan dalam proyek. Namun, kehadiran dirinya sungguh membuat saya tertantang. Saya pun berusaha mengembangkan diri saya. Berusaha belajar dan melatih kemampuan untuk menyampaikan ide secara persuasif. Itulah kualitas yang selama ini saya rasakan kurang pada diri saya. Di akhir karir saya di Astra, tetap saja saya tidak bisa mengalahkan rekan saya ini. Dia lebih maju. Namun, ternyata latihan pengembangan diri yang saya latih tanpa sadar telah mambangun kualitas diri saya yang sangat  berharga tatkala saya pindah ke tempat lain. Sampai sekarang, rekan ini masih tetap menjadi sahabat saya dan ia pun akhirnya memutuskan meninggalkan dunia kantor dengan melakukan pekerjaan pelayanan yang luar biasa bagi Tuhan.

Be Positive

Mari kita bersikap positif terhadap tantangan. Tantangan dan kompetisi membuat kita memeras diri sampai titik saripati yang terbaik dari diri kita. Tantangan membuat kita menggunakan seluruh daya fisik, mental, ataupun spiritual dalam diri kita.  Tantangan juga menbuat sebuah perjalanan terasa begitu ?fun? untuk dijalani. Sama seperti halnya anak kecil biasanya malas jika disuruh berlari sendirian. Namun, ketika diciptakan suasana lomba dengan teman-teman sebayanya untuk berlari, mereka akan berusaha berlari dengan begitu gembira. Tantangan, akhirnya membuat hidup kita ?lebih hidup?, seperti bunyi sebuah iklan. Tantangan juga membuat kita lebih dekat dengan Pencipta kita karena kita jadi mengerti adanya keterbatasan kita dan akhirnya kita bersujud meminta bantuan kekuatan dari Sang Ilahi.

Mestinya kita senantiasa mengatakan, ?Terima kasih kompetitorku karena Anda maka hidup saya berkembang!?

Tips Untuk Anda

Ada beberapa tips membangun semangat berkompetisi bagi Anda, yaitu:

Pertama, jangan menghidndar dari peluang berkompetisi. Daripada menghindarinya, ceburkan diri Anda dalam situasi berkompetisi tersebut. Di sana Anda mulai akan belajar dan mulai berkembang. Dalam situasi itu, Anda pun akan mulai mengerti kekuatan lawan Anda dan apa kelemahan Anda yang masih perlu Anda tingkatkan.

Kedua, lihatlah kompetisi dari kacamata yang positif. Jangan berusaha membunuh, menghancurkan, atau menghabisi kompetitor dengan cara-cara yang kasar apalagi tidak etis. Jika perlu rawatlah situasi kompetisi itu. Ingatlah berterima kasihlah pada situasi kompetisi itu karena itu yang membuat diri Anda berkembang. Dalam sejarah hidupnya Michael Jordan, sang maha bintang basket  pernah berhenti bermain sebanyak tiga kali karena merasa tidak ada lagi kompetitornya di dunia NBA. Ia berhenti untuk memberi kesempatan munculnya bintang baru. Setelah muncul bintang baru, ia tertantang lagi untuk mengalahkannya dan mencapai kualitas yang lebih baik.  Hal ini dilakukan Jordan sampai tiga kali hingga akhirnya ia betul-betul mengundurkan diri secara resmi dari bola basket.

Ketiga, terus-meneruslah menantang diri Anda untuk berkembang. Jika Anda telah mencapai tujuan Anda, ciptakan tujuan dan target yang lebih tinggi lagi. Teruslah menantang dan mengembangkan diri Anda. Kalaupun Anda tidak melihat adanya penantang, ciptakanlah musuh imajiner Anda dalam pikiran Anda yang menurut Anda lebih baik dan lebih hebat dari diri Anda. Dengan demikian, Anda akan terus mengembangkan diri Anda selalu. Ingat, masukkanlah ikan hiu dalam pikiran Anda. Dengan demikian, Anda akan terus menerus tertantang dan berkembang!

 

Anthony Dio Martin, Master Trainer EQ di Indonesia, pembicara, ahli psikologi, penulis buku-buku best seller, host program Smart Emotion di radio SmartFM dan TV Excellent. Website: www.anthonydiomartin.com dan www.hrexcellency.com, Facebook: anthonydiomartoinofficial, dan Instagram: anthonydiomarti

Leave A Reply

Your email address will not be published.