Ternyata Kemampuan Bersyukur Dipengaruhi Faktor Genetis, Ini Ulasannya

HarianBernas.com ? Kebahagiaan terus menjadi misteri untuk manusia. Semua orang mempunyai terjemahan yang berbeda-beda tentang kebahagiaan. Ada orang yang cukup bahagia dengan hanya dapat membuka mata di pagi hari. Namun, ada juga bahagia jika memenuhi target yang ditetapkannya.

Belum lama ini, terdapat riset yang menyebutkan jika jarak kebahagiaan itu dapat dihitung hanya dari dari ujung jari saja. Tentu saja, kebahagiaan itu adanya dari pikiran Anda.

Parker, Ph.D, pendiri dan direktur Life Enhancement Program di Canyon Ranch, Arizona, Amerika Serikat menjelaskan jika kebahagiaan itu sebenarnya berbeda di setiap orang karena adanya faktor keturunan.

Dari hasil riset juga memperlihatkan jika adanya kemampuan supaya bisa merasakan bahagia itu ternyata 50 persen karena adanya faktor genetis, 10 persen karena adanya sebuah kejadian, serta 40 persen disebabkan niat yang timbul dari hati.

Rasa bahagia, sukacita, senang, atau pun tertawa merupakan ekspresi emosi ataupun kebahagiaan yang dipunyai oleh manusia. Bahkan, tidak disadari semua manusia memang selalu terus mengejar kebahagiaan yang diinginkan.

Menurut Baker, kebahagiaan merupakan efek samping dalam sebuah tujuan hidup, prinsip dalam kepercayaan, serta mempunyai pengembangan potensi hidup. ?Kebanyakan orang sering mengalami stres serta gampang putus asa karena tak mempunyai tujuan hidup dan mimpi. Tetapi, kemampuan untuk mensyukuri pada saat rencana itu bisa mencapai dengan sukses memang tergantung sehingga cara berpikir. Hal itulah yang membuat riset memperoleh kebahagiaan itu dengan genetis,? tutur Baker.

Untuk itu, Baker pun memberikan saran agar semua mau untuk melatih pikiran dan hati untuk dapat tetap bergerak tanpa adanya batasan yang pada akhirnya membuat diri menjadi lebih bahagia. Maka itu, awalilah untuk bisa berbagi, Anda tak harus mempunyai segala sesuatu. Cobalah dengan mensyukuri apa yang sudah dimiliki, kemudian tumbuhkanlah kebahagiaan untuk orang lain.