Berita Nasional Terpercaya

Coaching Itu Tentang Kesadaran Diri Coachee

0

HarianBernas.com – “Terima kasih ya Mas, saya mendapat 'awareness' di sesi Coaching ini, saya berulang kali meng-coachingkan ini, tapi baru kali ini saya mendapatkan awareness”. Itu adalah komentar mentor saya pada saat saya mengikuti mentoring untuk mengambil ujian Accociate Certified. 

Mendengar pernyataan tersebut di atas, saya sempat terdiam, karena saya merasa coaching saya tadi tidak berhasil. Tidak berhasilnya disini adalah karena coachee saya saat itu tidak menemukan jalan keluar dari situasi yang dialaminya, tapi dia justru berterima kasih karena merasa mendapatkan kesadaran.

Kemudian, saya mencoaba untuk memahami kembali dari proses coaching yang baru saja terjadi. Sembari memahami saya melihat slide materi Professional Certificatioan Coaaching Program (PCCP) yang dulu saya ambil dari Coaching Indonesia, dan disana saya menemukan jawaban. Bahwa selama ini, sebelum mengikuti fase mentoring, saya selalu menceritakan bahwa Coaching dilakukan untuk mendapatkan solusi. Hal itu tidaklah salah, hanya ada hal lain yang lebih penting lagi selain solusi, yaitu adanya kesadaran diri.

Dalam hand out PCCP disana dijelaskan terdapat tiga aspek dalam coaching yang pertama adalah What, mendapat kejelasan tentang tujuan yang ingin dicapai. Coachee tahu kemana dan apa yang hendak dicapai serta apa yang sebenarnya diinginkan. Aspek yang kedua adalah Why, Coachee menyadari situasi dan mental yang dialaminya. Coachee belajar dari apa yang sudah dilakukan dan dari kesalahan. Bahkan tidak jarang akhirnya Coachee menyadari dan menerima dari situasi yang dialaminya. 

Aspek yang ketiga adalah How, bagaimana Coachee memunculkan motivasi terhadap dirinya dan melakukan komitmen untuk take action. Dalam konteks ini coachee yang menemukan jalannya sendiri setelah jelas dan menyadari situasi yang dialaminya. Satu hal yang penting juga, bahwa Coach bukanlah Motivator. Motivator sesungguhnya adalah coachee sendiri.

Sebagai contoh, dalam satu sesi coaching dengan klien yang menginginkan penurunan berat badan. Orang-orang sekitarnya menganggap bahwa dirinya perlu menurunkan berat badan. Pada sesi tersebut, klien bercerita bahwa sudah beberapa kali melakukan program diettapi gagal. Bahkan ada dalam satu kondisi, dia sangat bersemangat melakukan program apabila ada teman. Namun ketika temannya tidak ada, maka program dietnya gagal. 

Melihat kondisi tersebut, saya mengajukan bertanya “Bila dalam Skala 1-10, 10 Anda sangat ingin diet dan menurunkan berat badan, berapa angka Anda? Sesaat kemudian dia merubah posisi duduknya dan terdiam sambil berpikir. “Hmm iya pak, sepertinya itu jawabannya saya belum terlalu serius melakukan program ini, angka saya di angka 3 pak”. Saya melanjutkan pertanyaan “Tiga itu yang seperti apa kondisinya?” Klien menjawab, “Saya menyadari saya belum fokus ,asih suka goyah dan saya sangat tergantung dari orang lain, sepertinya itu Pak.”

Nah, dari contoh percakapan diatas, coaching sudah menemukan polanya. Coachee sudah menyadari situasi yang dialaminya dan menyadari bahwa selama ini yang belum fokus adalah dia sendiri. Setelah proses kesadaran itu muncul pada diri coachee maka coachee tinggal mendapatkan jalan keluar dari situasinya dan dari apa yang dipelajari. 

Seru ya coaching itu, apalagi menjadi Coach, dengan berbagai situasi yang dihadapi klien. Menjadi coach sangatlah menantang, dibutuhkan keahlian dan kompetensi dalam menggali dan mendapatkan kesadaran klien. Tertarik menjadi Coach….???

MNF. Prasetyo, MBA, ACC
ICF Associate Certified Coach
Life, Corporate and Bussiness Coach 
Coach Community Developer Head of DIY Jateng – Coaching Indonesia 
Email: [email protected]
FB: Prast Prasetyo

Leave A Reply

Your email address will not be published.