Berita Nasional Terpercaya

Kisah Nenek-Nenek Pembunuh dalam Film ?Membabi-Buta?

0

HarianBernas.com ? Banyak hal yang dapat digunakan untuk menyalurkan ekspresi. Salah satunya dengan film. Selain untuk mengekspresikan diri, film juga memiliki manfaat lainnya yaitu untuk menambah pengetahuan, hiburan, ataupun mengisi waktu luang.

Industri perfilman Indonesia dikejutkan dengan tayangnya film suspense thriller yang disutradarai oleh Joel Fadly. Film yang rilis 4 Mei 2017 ini dibintangi oleh artis papan atas yaitu Prisia Nasution, Lenny Charlotte, Ivanka Suwandi, dan Aurellia Ramadhani Wijaya. Film ini sudah ditunggu-tunggu penikmat film tanah air yang haus akan fil bergenre thriller.

Ide dari film ini berasal dari produser eksekutif yaitu almarhum Kim Kematt dan Sarjono Sutrisno. Almarhum Kim Kematt adalah seorang penulis skenario film atau novel dengan tema ?thriller? yang meninggal beberapa waktu yang lalu karena mengidap penyakit getah bening.

Kisah dalam film Membabi-buta diangkat dari dunia nyata tentang Nenek-nenek yang tinggal di Banyuwangi. Nenek-nenek tersebut sering melakukan penganiayaan dan penyiksaan terhadap para pembantunya. Penganiayaan dan penyiksaan yang dilakukan terhadap pembantunya bukan tanpa alasan. Ia melakukan hal itu dikarenakan dendam kesumat yang telah dipendam dalam waktu yang lama akibat perlakuan para pembantunya yang membuat nenek-nenek tersebut menjadi cacat agar label ningrat yang ada dikeluarganya tetap terjaga.

Dilansir dari moviegoersmagazine.com, Anggi Septianto selaku penulis skenario mengatakan bahwa setelah melakukan penganiayaan terhadap para pembantunya, nenek-nenek tersebut akan membunuh para pembantunya tersebut dengan diiringi gramafon yang sedang memutar tembang Megatruh, yang memiliki arti melepas nyawa.

Dalam film ini, Prisia Nasution berperan sebagai Mariatin. Mariatin adalah seorang pembantu rumah tangga di rumah dua nenek yang bersaudara. Pemeran pembantu yang lain diperankan oleh Ivanka Suwandi sebagai Sundari dan Lenny Charlotte sebagai Sulasesmi. Para pembantu tersebut tinggal bersama di rumah majikannya. Lama-kelamaan mereka merasa ada kejanggalan pada kedua majikannya tersebut yang ternyata akan mengancam nyawa mereka.

Prisia mengatakan bahwa kendala yang dialami dalam film ini yaitu waktu. Dalam menyelesaikan film ini, Prisia hanya mendapat jatah tidur selama 2 jam setiap harinya. Hal tersebut membuatnya harus berusaha keras untuk membuat film yang bagus meskipun dibuat dalam waktu yang sangat singkat. Usahanya tak sia-sia karena proses pengambilan gambar berjalan dengan mengalir sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Joel Fadly, yang menjadi sutradara dalam film ini mengatakan bahwa film Membabi-buta ini dikerjakan dalam waktu yang singkat yaitu hanya selama 10 hari. Meskipun waktunya singkat, namun film ini dapat digarap dengan baik karena adanya kerja sama antara pemain dan kru sehingga mampu menyelesaikan pekerjaan namun tidak terkesan buru-buru.

Film yang diproduksi oleh SAS Films ini menjadi film horor yang seru di Indonesia dengan genre thriller untuk umur 21 tahun ke atas. Hal ini dikarenakan banyak adegan kekerasan darah yang ditampilkan. Oleh karena itu, remaja dan anak-anak tidak diperbolehkan untuk menonton film ini. Meskipun demikian, sutradara mengatakan bahwa kekerasan yang ditampilkan masih dalam batas yang ditetapkan.

Meskipun banyak terdapat adegan kekerasan, dalam film ini juga memiliki pesan yang ingin disampaikan kepada para penonton. Joel mengatakan bahwa ia yakin ada pesan positif dalam film ini. Selain untuk hiburan, film ini juga mengajarkan bahwa seseorang yang tertindas, suatu saat akan membalas sakit hatinya dengan membabi buta. Oleh karena itu, menjadi orang yang baik pada siapapun itu penting dan masih harus dilakukan hingga kini.

Leave A Reply

Your email address will not be published.